Minggu, 9 April 2012
Kata Hati Anak Negeri
SUNGGUH kami dalam kecemasan amat sangat. Perseteruan gerombolan elite politik menjerumuskan kami ke liang ketakutan. Dan dalam sepekan ini, kembali rasa kecemasan dan ketakutan itu, mengusik mimpi-mimpi indah kami.
Kata Hati Anak Negeri
SUNGGUH kami dalam kecemasan amat sangat. Perseteruan gerombolan elite politik menjerumuskan kami ke liang ketakutan. Dan dalam sepekan ini, kembali rasa kecemasan dan ketakutan itu, mengusik mimpi-mimpi indah kami.
Cukup sudah kami lihat
eloknya perbukitan dan gunung di negeri ini, dari Sabang hingga Merauke,
bersimbah darah dan linangan air mata. Kami amat lelah berlari, dikejar sang
prahara yang membawa kekuasaan, siap memancung kepala kami.
Anak-anak kami menatap dengan matanya yang kosong tanpa harapan,
bertanya kepada kami, apa yang telah terjadi pada ibu pertiwi. Dan sekali lagi,
kami, tak mampu menjawab pertanyaan tadi. Karena kami anak kaum tersisih yang
terlahir dalam kasus dan krisis yang melanda negeri ini.
Tak lagi ada tempat
untuk kami berlindung, sekalipun pagar betis dan kawat duri di gedung wakil
rakyat. Bahkan Tuhan seakan telah capai menolong kami, meski nada pedihnya doa,
tiap detik kami lantunkan dari mulut yang perih.
Titik harapan enggan
menghampiri kami, seakan terbunuh, di antara empuknya kursi kekuasaan yang
membutakan hati nurani, mobil-mobil mewah dan congkaknya gedung-gedung tinggi.
Kami kelelahan, hingga kami
lupa, sudah sepekan, perut kami tak terisi. Kami lemah, berbaring menatap
langit tak berbintang. Malam ini, kami kembali berharap, jangan nina-bobokkan
kami dalam penderitaan yang berkepanjangan, tetapi, hantarkan tidur kami dalam
melodi perdamaian, agar kami dapat menuai mimpi-mimpi yang kami yakini tak
terbeli. Dan tolong bangunkan kami, esok pagi, dengan kokok ayam jantan yang
kami rindukan, bukan salakan senapan dan rintih kesakitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar